Selasa, 25 Juli 2017

contoh makalah tentang disiplin keilmuan dalam islam terbaru



MAKALAH
Disiplin Keilmuan Dalam Islam
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa indonesia
Dosen Pengajar: Fadlan, MA


Disusun oleh:


                                                Fawaid Arifin   
Fahrurrazi     
                          


       

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM ( STAIN)
PAMEKASAN
Tahun Ajaran: 2011-2012 M




KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
            Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada kita semua. Karena dialah penulisan makalah berjudul tentang keterampilan membaca
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya dan para sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang bersangkutan yang telah memberikan kesempatan waktu untuk penyelesaian makalah ini dan dengan limpahan rahmat dan karunia Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah “Pengantar studi islam” yang berjudul tentang “disiplin keilmuan dalam islam” guna untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah tersebut.
Penulis sangat mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kemajuan dalam berfikir untuk penulis agar makalah ini dapat dibuat dengan yang lebih sempurna. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya. Amin…..













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I             :  PENDAHULUAN……………………………………….……………………...1
A.    Latar Belakang………………………………………………….....................1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………..1
C.     Tujuan…………………………………………………………………………2
BAB II                       : PEMBAHASAN...……………………………………....………………………..3
A.    Pendekatan bayani……………………….………………………………3
B.    Pendekatan burhani………….…………………………………………..4
C.    Pendekatan irfani ………............................................4
BAB III          :  PENUTUP………………………………………….…………………………...7
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………....7
B.     Saran…………………………………………………………….....................7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…..………………..8


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang hingga saat ini menjadi kunci yang paling mendasar dari kemajuan yang diraih umat manusia, tentunya tidak datang begitu saja tanpa ada sebuah dinamika atau diskursus ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan lazim dikenal dengan epistemologis.

Bidang epistemologis ini menempati posisi yang sangat strategis, karena ia membicarakan tentang cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Mengetahui cara yang benar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan hasil yang ingin dicapai yaitu berupa ilmu pengetahuan. Maka dari itu  dalam menentukan epistimologis, akan sangat berpengaruh pada segala bentuk jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan.

Secara umum epistimologi dalam Islam memiliki tiga kecenderungan yang kuat. yaitu bayani, irfani, dan burhani, yang akan menjadi topic pembahasan pada kesempatan kali ini.
                                                         
A.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pendekatan bayani ?
2.      Apa pengertian dari pengertian irfani ?
3.      Apa pengertian dari pendekatan burhani ?

B.     Tujuan Masalah
1.      Ingin mengetahui pengertian bayani secara dekat
2.      Ingin mengetahui pengertian dari pendekatan irfani
3.      Ingin mengetahui pengertian dari burhani

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Bayani
Pendekatan bayani sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha', mutakallimun dan ushulliyun. Bayani adalah pendekatan untuk : a) Memahami atau menganalisis teks guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam lafadz, dengan kata lain pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahir dari lafad dan 'ibarah yang zahir pula; dan b) Istinbat hukum-hukum dari al-nusus al-diniyah dan al-Qur'an khususnya.
         Dalam bahasa filsaat yang disederhanakan, pendekatan bayani dapat diartikan sebagai Model metodologi berpikir yang didasarkan atas teks. Dalam hal ini teks yang memilki otoritas penuh menentukan arah kebenaran sebuah khitab. Fungsi akal hanya sebagai pengawal makna yang terkandung di dalamnya.
        Makna yang dikandung dan diekspresikan melalui teks dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafad. Hubungan antara makna dan lafadz dapat dilihat dari segi :
a)  Makna wad'i, untuk apa makna teks itu dirumuskan, meliputi  makna khas, 'am dan mustarak;
b) Makna isti'mali, makna apa yang digunakan oleh teks, meliputi makna haqiqah     dan makna majaz
c) Darajat al-wudhuh, sifat dan kualitas lafad, meliputi muhkam, mufassar, nas,      zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutasabih; dan
 d) Turuqu al-dalalah, penunjukan lafz terhadap makna, meliputi dalalah al-ibarah, dalalah al-isyarah.Untuk itu pendekatan bayani menggunakan alat bantu (instrumen) berupa ilmu-ilmu kebahasaan dan uslub-uslubnya serta asbabu al-nuzul, dan istinbat sebagai metodenya.
 Dalam pendekatan bayani dikenal ada 4 macam bayan :
1) Bayan al-i'tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan, keadaan segala sesuatu, yang meliputi : a) al-qiyas al-bayani baik al-fiqhu, an-nahwiyah dan al-kalamy  dan b) al-khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq.
2) Bayan al-i'tiqad, yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi makna haq, makna muasyabbih , dan makna bathil.
3) Bayan al-ibarah yang terdiri dari : a) al-bayan al-zahir yang tidak membutuhkan tafsir  dan b) al-bayan al-batin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar.
 4) bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat-pendapat dan pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib 'aqd, katib hukm, dan katib tadbir.

B. Pendekatan Burhani                                          
Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti argument (al-hujjah) yang jelas sedangkan dalam bahasa inggris adalah demonstration, yang berarti memberi isyarat, sifat, keterangan, dan penjelasan. Dalam al-mu’jam al-falsafi menjelaskan bahwasannya burhani suatu penjelasan terhadap sesuatu hujjah secara transparan atau merupakan hujjah sendiri yang  mengharuskan adanya tasdiq (pembenaran) terhadap suatu persoalan karena kebenaran argumentasinya. Adapun menurut logika  burhani adalah analogi yang disusun dari beberapa premis untuk mendapatkan hasil yang menyakinkan.

Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum-hukum logika. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen logika. Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber kajian. Realitas yang dimaksud mencakup realitas alam ( kawniyah), realitas sejarah ( tarikhiyah), realitas sosial ( ijtimaiyah), dan realitas budaya (tsaqafiyah).  
Istilah burhani yang mempunyai akar pemikiran dalam filsafat Aristoteles ini, digunakan oleh al-Jabiri sebagai sebutan terhadap sebuah system pengetahuan yang menggunakan metode tersendiri di dalam pemikiran dan memiliki pandangan dunia tertentu, tanpa bersandar kepada otoritas pengetahuan lain.
Jika dibandingkan dengan kedua epistemology yang lain; bayani dan irfani, dimana bayani menjadikan teks (nash), ijma’, dan ijtihad sebagai otoritas dasar dan bertujuan untuk meembangun konsepsi tentang alam untuk memperkuat akidah agama, yang dalam hal ini Islam. Sedang irfani menjadikan al-kasyf sebagai satu-satunya jalan di dalam memperoleh pengetahuan dan sekaligus bertujuan mencapai maqam bersatu dengan Tuhan. Maka burhani  lebih bersandar pada kekuatan natural manusia berupa indra, pengalaman, dan akal di dalam mencapai pengetahuan.
Metode rasional atau burhani ini semakin masuk sebagai salah satu sistem pemikiran islam Arab. Ia lebih ekstrim dalam teologi dan dikenal sebagai seseorang rasionalis murni yang hanya mempercayai akal. Menurut al-Razi ,semua pengetahuan pada prinsipnya dapat diperoleh manusia selama ia menjadi manusia. Akal yang menjadi hakekat kemanusiaan, dan akal adalah satu-satunya alat untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia fisik dan tentang konsep baik dan buruk;setiap sumber pengetahuan lain yang bukan akal hanya omong kosong, dugaaan belaka dan kebohongan.

C. Pendekatan Irfani
            'Irfan mengandung beberapa pengertian antara lain : 'ilmu atau ma'rifah; metode ilham dan kashf yang telah dikenal jauh sebelum Islam;. Ketika irfan diadopsi ke dalam Islam, para ahl al-'irfan mempermudahnya menjadi pembicaraannya mengenai; 1) al-naql dan al-tawzif; dan upaya menyingkap wacana qur'ani dan memperluas 'ibarahnya untuk memperbanyak makna. Jadi pendekatan irfani adalah suatu pendekatan yang dipergunakan dalam kajian pemikiran Islam oleh para mutasawwifun dan 'arifun untuk mengeluarkan makna batin dari batin lafz dan 'ibarah; ia juga merupakan istinbat al-ma'rifah al-qalbiyyah dari Al-Qur'an.
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, qalb, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8.
Pendekatan 'irfani banyak dimanfaatkan dalam ta'wil. Ta'wil 'irfani terhadap Al-Qur'an bukan merupakan istinbat, bukan ilham, bukan pula kashf. tetapi ia merupakan upaya mendekati lafz-lafz Al-qur'an lewat pemikiran  dan berkaitan dengan warisan 'irfani yang sudah ada sebelum Islam, dengan tujuan untuk menangkap makna batinnya.
Implikasi dari pengetahuan 'irfani dalam konteks pemikiran keislaman adalah mengahmpiri agama-agama pada tataran substantif dan esensi spiritualitasnya, dan mengembangkannya dengan penuh kesadaran akan adanya pengalaman keagamaan orang lain  yang berbeda aksidensi dan ekspresinya, namun memiliki substansi dan esensi yang kurang lebih sama. Kedekatan kepada Tuhan yang transhistoris, transkultural, dan dan transreligius diimbangi rasa empati dan simpati kepada orang lain secara elegan dan setara. Termasuk di dalamnya kepekaan terhadap problem-problem kemanusiaan, pengembanagan budaya dan peradaban yang disinari oleh pancaran fitrah ilahiyah



























BAB  III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari pemaparan bentuk-bentuk metodologi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya terdapat hubungan antara ketiga pendekatan tersebut. Bahwasannya epistemologi bayani menekankan kajian dari teks (nas) ijma' dengan ijtihad sebagai referensi dasarnya dalam rangka menjustifikasi aqidah tertentu; sedangkan irfani dibangun di atas semangat intuisi (kashshf) yang banyak menekankan aspek kewalian yang dihadirkan dalam qalbu dengan cara kasy atau ilham dan pendekatan irfani merupakan sebuah pendekatan yang dikembangkan oleh kaum arif untuk mengeluarkan makna bati yang timbul dalam hati seseorang.sedangkan epistemologi burhani menekankan visinya pada potensi bawaan manusia secara naluriyah, inderawi dan juga burhani suatu pendekatan yang yang mendaarkan diri pada kekuatan pikiran. 

B. Saran-Saran
Penulis menyadari akan keterbatasan dari keilmuan dan pemahaman dalam memahami dari materi keterampilan membaca, maka penulis meminta dengan sangat agar bapak dosen dapat membantu menjelaskan dari isi makalah ini agar keilmuan yang kita dapat menjadi lebih sempurna.











DAFTAR PUSTAKA
Muhammad abid al jabiri bunyat al-aql al-arabi, markaz dirasah al-wihdah, Beirut, 1990.
Murtadha muthahari, mengenal irfan, meniti maqam-maqam kearifan, hikmah, Jakarta, 2002.
Abdul mun’im al-hanafi, al-mu’jam al falsafi, arabi, injilisi, faransi, al-mani wal latini dar syarqiyah, kairo, 1990.       


























PEMBAHASAN
Pendekatan Bayani
Dalam pendekatan bayani dikenal ada 4 macam bayan :
1) Bayan al-i'tibar, yaitu penjelasan mengenai keadaan, keadaan segala sesuatu, yang meliputi : a) al-qiyas al-bayani baik al-fiqhu, an-nahwiyah dan al-kalamy  dan b) al-khabar yang bersifat yaqin maupun tasdiq.
2) Bayan al-i'tiqad, yaitu penjelasan mengenai segala sesuatu yang meliputi makna haq, makna muasyabbih , dan makna bathil.
3) Bayan al-ibarah yang terdiri dari : a) al-bayan al-zahir yang tidak membutuhkan tafsir; dan b) al-bayan al-batin yang membutuhkan tafsir, qiyas, istidlal dan khabar.
 4) bayan al-kitab, maksudnya media untuk menukil pendapat-pendapat dan pemikiran dari katib khat, katib lafz, katib 'aqd, katib hukm, dan katib tadbir.
Pendekatan irfani
Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, qalb, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu metode untuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi
Pendekatan burhani
Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti argument (al-hujjah) yang jelas sedangkan dalam bahasa inggris adalah demonstration, yang berarti memberi isyarat, sifat, keterangan, dan penjelasan. Dalam al-mu’jam al-falsafi menjelaskan bahwasannya burhani suatu penjelasan terhadap sesuatu hujjah secara transparan atau merupakan hujjah sendiri yang  mengharuskan adanya tasdiq    (pembenaran) terhadap suatu persoalan karena kebenaran argumentasinya. Adapun menurut logika   burhani adalah analogi yang disusun dari beberapa premis untuk mendapatkan hasil yang menyakinkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman Kisah nabi

BAGI YG ISLAM. TAK DIBACA SAYANG_*.👇 ✐ Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekak...