Selasa, 25 Juli 2017

Jenis jenis makna dalam bahasa arab

JENIS-JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Banyak orang mengira bahwa makna cukup dengan menjelaskan sebuah kalimat atau kata. Para ilmuan telah membedakan antara jenis-jenis makna dengan menjelaskannya terlebih dahulu daripada batasan-batasan makna suatu kalimat.
A.      Jenis-jenis Makna Menurut Muhammad Mukhtar Umar
Dr. Muhammad Muhktar ‘Umar telah mengklasifikasikan jenis-jenis makna ke dalam lima jenis di antaranya sebagai berikut:
1.        Makna Dasar/Asasi (المعنى الأساسى). Makna ini sering disebut juga sebagai makna awal (المعنى الأولى), atau makna utama (المعنى المركزى), makna gambaran (المعنى التصورى), atau makna pemahaman/conceptual meaning (المعنى المفهومى), dan makna kognitif (المعنى الإدراكي). Makna ini merupakan makna pokok dari suatu bahasa. Contohnya kata  “wanita” memiliki makna konseptual  “manusia, bukan laki-laki, baligh (dewasa)”.
2.        Makna Tambahan (المعنى الإضافي أو العرضي أو الثانوي أو التضمني), yaitu makna yang ada di luar makna dasarnya. Makna ini dapat dikatakan sebagai makna tambahan dari makna dasar namun makna ini tidak tetap dan perubahannya menyesuaikan dengan waktu dan kebudayaan pengguna bahasa.
Contohnya kata “wanita” yang memiliki makna dasar “manusia bukan lelaki yang dewasa”. Jika kata ini ditambahi dengan makna tambahan, maka banyak sekali makna yang akan timbul dari kata tersebut. Misalnya jika kata “wanita” dimaknai oleh sebuah kelompok dengan “makhluk yang pandai memasak dan suka berdandan”, maka inilah makna tambahan yang keluar dari kata “wanita” tersebut. Atau jika “wanita” dimaknai dengan“makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional”. Kedua makna tambahan ini tidak berlaku tetap sebagai makna tambahan dari kata “wanita”. Apabila suatu kelompok pada zaman tertentu menggunakannya maka makna tambahan itu masih berlaku. Namun jika makna itu sudah tidak dipakai lagi, maka makna tambahan itu tidak berlaku.
B.     Jenis-jenis Makna Menurut Abdul Chaer
         Abdul Chaer berpendapat bahwa jenis-jenis makna itu terbagi menjadi beberapa jenis makna, yaitu:
1.        Makna Leksikal
            Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem “Kuda” memiliki makna sejenis binatang.
Makna leksikal juga dapat di artikan sebagai makna dasar yang terdapat pada setiap kata ataupun kalimah. Soedjito (1986) menjelaskan bahwa makna leksikal ialah makna kata secara lepas,tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah konstruksi.
Contoh: رأس bagian tuubuh/anggota badan paling atas.
طعام  segala sesuatu yang dapat dan boleh di makan misalnya nasi dan roti.
كراسة lembaran-lembaran kertas yang dijilid dimanfaatkan oleh murid atau mahasiswa untuk mencatat pelajaran.
Jika penjelasan Soedjito ini dihubungkan dengan penjelasan Chaer,dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan acauannya meskipun kata tersebut digunkan dalam kalimat. Hal itu dapat dijelaskan dengan kalimat berikut:
سقطت تفاحة على رأس ولد
هذا طعام لذيذ ولكني صائم
اكتب المفردات في الكرسة ولا خلال النصوص
Kata-kata yang bergaris bawah pada ketiga kalimat di atas mengacu pada acuannya.Kata رأس   mengacu pada bagian tubuh yang palig atas, kata طعام mengacu pada makanan tertentu yang tersedia atau yang dimaksudkan oleh pembicara, dan kata الكرسة mengacu pada buku tulis,bukan kitab.
Sebagaimana dikemukakan Soedjito (1986), makna leksikal adalah makna kata secara lepas,tanpa kaitan dengan kata lain dalam suatu konstruksi. Hal itu berarti bahwa makna leksikal itu sudah jelas meskipun tidak berada dalam konteks klaimat.Adapun makna yang bukan leksikal baru akan jelas ketika berada dalam konteks kalimat. Kata قطع dan derivasinya misalnya bermakna leksikal memisahkan sesuatu menjadi dua. Tetapi pad pepatah berikut, Kata قطع atau derivasinya jelas tidak bermakna memisahkan sesuatu menjadi dua. Makna قطع atau derivasinya sebagaimana dikandung di dalam pepatah
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك
2.      Makna Gramatikal
Berbalikan dengan makna leksikal yang tidak memerlukan kehadiran konteks, makna gramatikal justru mewajibkan kehadiran konteks. Contoh:
(1)  عاد أبي من مكة                                      
(2) محمد أكبر من أخيه الأكبر Kata من pada kedua kalimat tersebut mempunyai makna gramatikal yang berbeda, pada kalimat no 1 menunjukan tempat asal, Sedang pada kalimat no 2 Bermakna pemarkah atau perbandingan.
(2) جأ التلميذ وصاحبه
(3) و العصر إن الإنسان لفي خسر     Kata و pada kalimat tersebut mempunyai makna gramatikal yang berbeda, pada kalimat no 2 berfungsi kordinatif dan pada no 3 bermakna sumpah.
 Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah Makna leksikal adalah makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat.
Contoh: kata “kuda” bermakna leksikal binatang sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat transportasi atau sejenis. Contoh, Saya berangkat ke pasar dengan kuda.
3.        Makna Referensial (المعنى المدلول)
            Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensnya/acuannya. Sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna referensial kalau ada referensinya atau acuannya. Berkenaan dengan acuan ini,ada sejumlah kata yang disebut kata-kata deitik,yang acuannya tidak menetap pada satu wujud,melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu kepada wujud yang lain. Kta-kata deitik ini adalah kata-kata seperti promina,misalnya dia,saya,kamu; kata-kata yang menyatakan ruang,misalna di sini, di sana, di situ; kata-kata yang menyatakan waktu,seperti sekarang,besok dan nanti;kata-kata yang disebut petunjuk misalnya ini dan itu.
Contoh kata promina kata “saya” pada kalimat berikut yang acuannya tidak sama.
“Tadi pagi saya bertemu dengan Ustadz”, kata Ani kepada Ali.
“O,ya?”,sahut Ali,”saya juga bertemu beliau tadi pagi”.
“Dimana kalian bertemu beliau?”, Tanya Amir, saya sudah lama tidak jumpa dengan beliau.
4.     Makna Non-referensial (المعنى المدلول اللا)
Makna non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
5.    Makna Denotatif (المعنى الأصلي)
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata “Kurus”  (bermakna denotatif yang mana artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata “Bunga”( bermakna denotatitif yaitu bunga yang seperti kita lihat di taman bunga).
Makna Denotatif’ berlawanan dengan makna Konotatif’.Dalam ilmu balaghah (ilmu bayan), makana denotative disebut makna haqiqi ,makna asal dari suatu lafal/ungkapan yang pengertiannya dipahami orang pada umumnya. Lafal,kata/ungkapan itu lahir untuk makna itu sendiri. Sedangkan makna konotatif,dalam ilmu balaghah,disebut makna majazi ,yaitu perubahan dari makna asal ke makna kedua
6.     Makna Konotatif (المعنى الإضافي)
Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata “Kurus” pada contoh di atas berkonotasi netral. Tetapi kata “Ramping”, yaitu sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata “Kerempeng”, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
Contoh Makna denotatif dan Makna konotatif :
Makna denotatif Makna konotatif
وردة “bunga” “indah,cantik,harum”
طائرة “kendaraan” “cepat, mahal”
خترير “binatang” “najis/haram”
7.   Makna Kata Dan Makna Istilah (المعنى الخاص)و (المعنى الإصطلاح)
Berdasarkan Keumuman dan Kekhususan bidang pengguna-annya,terdapat makna kata(umum) dan makna istilah(khusus). Penggunaan secara umum maksudnya tidak dibatasi pada bidang tertentu. Sebaliknya pemakaian secara khusus adalah penggunaan kata dalam bidang tertentu. Dalam penggunaan secara umum, makna kata bersifat umum dan tidak spesifik. Kata عامل misalnya dalam penggunaan secara umum mempunyai makna yang melakukan/membuat sesuatu kegiatan pekerja,atau aspek,unsur, dan faktor tertentu,misalnya dalam contoh :
أنا أشرب القهوة,و أنا عامل هذه القهوة
"غاتوت" عامل في مصنعا الأحذية

Pada no (1)  عامل bermakna orang yang membuat,dalam hal ini adalah pembuat kopi. Pada no (2) bermakna pekerja. Sebagai pekerja ((عامل di pabrik sepatu, Gatot tidak selalu berarti pembuat sepatunya. Maksudnya, Gatot mungkin bekerja sebagai satpam atau justru manajernya.





















DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrochman,Leksikologi Bahasa Arab.(Malang:UIN-Malang)2008.
Umar, Muhammad Mukhtar,Ilmu Al-Dilalah.
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/semantik-jenis-jenis-makna.html 
Ainin,Mohammad,Semantik Bahasa Arab.(Malang:CV.Bintang Sejahtera Press)2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman Kisah nabi

BAGI YG ISLAM. TAK DIBACA SAYANG_*.👇 ✐ Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekak...