BAB
I
PEMBAHASAN
PENDEKATAN
STUDI KURIKULUM
A.
Pendekatan
Mata Pelajaran
Pada dasarnya kurikulum dengan pendekatan
mata pelajaran ini bersumber pada adanya mata pelajaran yang harus disampaikan
kepada peserta didik. Masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri sebagai
suatu disiplin ilmu dan menjadi terpisah dengan mata pelajaran lainnya.
Berbagai mata pelajaran dimaksud tidak memiliki hubungan dan kaitan satu dengan
yang lainnya, bahkan setiap mata pelajarancenderung menganggap dirinya yang
paling penting. Oleh karena itu, pola kurikulum dalam pendekatan ini merupakan
pola kurikulum yang terpisah.
Mata pelajaran dipandang sebagai suatu disiplin ilmu [1](
Sukmadinata, 2005; 81 ) yang telah didapatkan pada masa lalu. Peran dan
fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu
tersebut. kurikulum lebih mengorentasikan dan memprioritaskan pada isi
pendidikan yang terjabarkan pada bentuk mata pelajaran yang terpisah satu
dengan lainnya. Belajar pada hakekatnya adalah berusaha menguasai ilmu
sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dalam pendekatan mata pelajaran ini memiliki system pembagian
tanggung jawab diantara masing-masing guru mata pelajaran. Meskipun seorang
guru bertanggung jawab mengajar namun guru tersebut mengajarkannya secara
terpisah dan tidak dikorelasikan satu dengan yang lainnya ( Idi, 2007; 45 ).
Jenis pendekatan ini mengembangkan kurikulum mata pelajaran ( subject matter
curriculum or isolated curriculum ) [2]
Dengan pendekatan ini, pengembangan kurikulum
lebih mengutamakan pada penyusunan bahan atau materi secara logis dan
sistematis dari pada menyelaraskan urutan bahan atau materi dengan kemampuan
berfikir peserta didik. Perhatian tertuju pada bagaimana peserta didik belajar
serta lebih mengutamakan susunan isi, yaitu apa yang diajarkan. Bahan atau
materi pembelajaran dipandang secara universal dengan mengabaikan karakteristik
peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
B.
Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini memandang bahwa
kurikulum tidak bisa hanya dibatasi pada adanya mata pelajaran yang
keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan yang lainnya. Berbagai gejala
sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak
mungkin ditinjau dan didekati dari satu segi saja. Setiapa gejala sosial akan saling berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Oleh karena itu, kurikulum tidak
bisa disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah, melainkan merupakan perpaduan
sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pendekatan
interdisipliner dikatagorikan pada tiga jenis pendekatan:
ü Pendekatan struktural
ü Pendekatan fungsional
ü Pendekatan daerah
v
Pendekatan struktural bertitik
tolak dari suatu struktur, yang merupakan suatu disiplin ilmu. Beberapa mata
pelajaran memiliki keterkaitan dan selanjutnya disebut rumpun keilmuan. Sebagai
contoh, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Berdasarkan disiplin ilmu itu,
misalnya berdasarkan sesuatu topik dari ilmu bumi, maka selanjudnya dipelajari
berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, ekonomi, politik, dan
antropologi. Berbagai disiplin ilmu yang dipelajari itu tentu saja berada dalam
satu bidang studa/rumpun keilmuan yang sama yang disebut ilmu pengetahuan
sosial.
Pendekatan fungsional berdasarkan pada
suatu persoalan tertentu dalam kehidupan masyarakat atau lingkungan sekolah. Persoalan
yang dipilih dan akan dipelajari itu, adalah berbagai persoalan yang berfungsi
dan bermakna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan persoalan itu, dipelajari
aspek-aspek yang terkait dan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang berada
dalam satu rumpun keilmuan yang sejenis yang memikili keterkaitan dan relevansi
pada persoalan dimaksud. Sebagai misal, persoalan tentang air, maka berdasarkan
persoalan ini, akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi, aspek fisiologi,
aspek ilmu alam, dan aspek lainnya yang memiliki keterkaitan dengan persoalan
air tersebut.
Pendekatan daerah mendasarkan pada suatu
daerah tertentu sebagai subjek pempelajaran. Berdasarkan daerah tersebut, maka
akan dipelajari aspek biografi, ekonomi, antropologi, adat istiadat, bahasa dan
aspek lainnya. Sudah tentu aspek-aspek yang dipelajari merupakan hal yang
tekait dengan daerah itu dan berada dalam bidang studi yang sama. Sebagai
contoh, dapat dipilih daerah madura, selanjudnya dibuatkan perencanaan berbagai
aspek, seperti geografi daerah madura, adat istiadat daerah madura, ekonomi
pariwisata daerah madura, dan sebagainya.
C.
Pendekatan Integratif
Pendekatan ini dipandang sebagai suatu pendekatan
yang didasarkan pada suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan
berstruktur. Bermakna mempunyai pengertian, setiap suatu keseluruhan tersebut
memiliki makna,arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan itu bukan merupakan
penjumlahan dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna
tersendiri.
adapun
terstruktur memiliki pengertian, setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu
berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Seperti misalnya, manusai
bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniyah
dan rohaniyah, melainkan merupakan sesuatu yang utuh dan integral. Ini berarti,
pendidikan merupakan penyiapan dan perwujudan pada diri peserta didik agar
menjadi dan membentuk manusia berkembang secara utuh dan integral. Oleh karena
itu, kurikulum harus disusun serta dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
mengembangkan pribadi peserta didik yang utuh, dengan suatu pertimbangan bahwa
peserta didik memiliki berbagai potensi yang harus dan perlu dikembangkan agar
ia menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh sehingga bisa berguna
dan bermanfaat dalam komunitas kehidupan masyarakat.
Mata pelajaran atau bidang study merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Di samping itu banyak
faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi perkembangan itu. Kurikulum pada
dasarnya hanya merupakan salah satu pilar pendidikan. Pilar pendidikan meliputi
tujuan, manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Semua pilar ini diharapkan dapat bersinergi dalam rangka untuk mewujudkan perkembangan peserta
didik yang utuh. Model kurikulum yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah integrated
curriculum.[3]
D.
Pendekatan
Sistem
Sistem mempunyai karakteristik pertama: setiap system pasti
memiliki tujuan. Tidak ada system tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang
harus dicapai oleh suatu pergerakan system. Semakin jelas tujuan, maka semakin
mudah menentukan pergerakan system. Kedua, system selalu mengandung
proses. Proses merupakan rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai
tujuan. Semakin komplek tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan itu. Ketiga,
proses kegiatan dalam suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen tertentu. Oleh karena itu, suatu system tidak mungkin hanya
memiliki satu komponen saja. System memerlukan dukungan berbagai komponen yang
satu dengan lainnya saling berkaitan.
Dengan kata lain system merupakan untuk mencapai tujuan melalui
pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka system erat kaitannya
dengan perencanaan. Perencanaa adalah pengambilan keputusan bagaimana
memberdayakan komponen agar tujuan dapat berhasil dengan baik.
System bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses
pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharapkan.
Keuntungan proses perencanaan yang sistematis dalam proses
pembelajaran :
Pendekatan system digunakan juga
sebagai suatu system berfikir, bahkan system pendekatan ini dikembangkan dalam
upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:
ü Proses identifikasi dan perumusan masalah
ü Perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan
ü Paper analysis atau eksprimen
ü Try out dan revisi
ü Implemintasi dan evaluasi
1.
Pendekatan Bidang Studi ( Pendekatan Subjek Atau Disiplin Ilmu )
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau
mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains,
sejarah IPS, IPA, dan sebagainya
Seperti yang lazim kita dapati dalam sistim
pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan
dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini
paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu
telah jelas Batasannya dan karena itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa
yang diajarkan.
2.
Pendekatan Interdisipliner
Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipliner dalam
pengembangan kurikulum.[4]
A.
Pendekatan Broad-field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan
beberapa disiplin atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami
ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan
bagian integral dari kehidupan manusia.
Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan
agar siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia,
misalnya antara perang vietnam dan korea dengan kebangkitan ekonomi jepang dan
lain-lain.
B.
Pendekatan Kurikulum Inti( Core Curriculum )
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan
broad-field, karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum
diberikan berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan
masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
masalah itu.
C.
Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam
kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok
yang diambil dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang
terdidik dan terpelajar.
D.
Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua
atau lebih disiplin tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi, botani, arkeologi menjadi earth sciences.
3.
Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial
karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam
masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain.
Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat
dua kelompok utama yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum:
Ø Rekonstruksionisme Konservatif
Ø Rekonstruksionisme Radikal.
1) Rekonstruksionisme
konservatif. Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada peningkatan
mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian
masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Peranan guru ialah sebagai orang yang
menganjurkan perubahan mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam
masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan falsafah pragmatisme.
2) Rekonstruksionisme
Radikal. Aliran ini berpendapat bahwa banyak negara mengadakan pembangunan
dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas
masyarakat. Golongan radikal ini menganjurkan agar pendidik formal maupun
non-formal mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan
pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
4.
Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, dan
mengutamakan perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic yakin, bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
v Pendekatan humanistic dalam kurikulum
didasarkan atas asumsi-asumsi yang berikut:
- Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
- Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
- Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
- Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
- Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
- Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
5.
Pendekatan “Accountability”
Accountability atau pertanggung jawaban lembaga
pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini
tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun,
menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan
dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama
kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan
abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “ Scientific Management ”
atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu.
6.
Pendekatan Pembangunan Nasional
ü Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
1. Pendidikan
kewarganegaraan
Dalam
masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga kategori:
- Warganegara yang apatis
- Warganegara yang pasif
- Warganegara yang aktif
2.
Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan
tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para
pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan
analisis jabatan yang akan diduduki.
3.
Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan
sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak
keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
- Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
- Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
- Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
- Keterampilan sebagai warganegara yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
v Drs. H. saiful arif, M.Pd, Pengembangan Kurikulum,
STAIN Pamekasan Press, 2009.
v Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum,
Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
v Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan
Praktik, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007.
PEMBAHASAN
PENDEKATAN
STUDI KURIKULUM
A.
Pendekatan
Mata Pelajaran
Mata
pelajaran dipandang sebagai suatu disiplin ilmu [5](
Sukmadinata, 2005; 81 ) yang telah didapatkan pada masa lalu. Peran dan
fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu
tersebut. kurikulum lebih mengorentasikan dan memprioritaskan pada isi
pendidikan yang terjabarkan pada bentuk mata pelajaran yang terpisah satu
dengan lainnya. Belajar pada hakekatnya adalah berusaha menguasai ilmu
sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dalam
pendekatan mata pelajaran ini memiliki system pembagian tanggung jawab diantara
masing-masing guru mata pelajaran. Meskipun seorang guru bertanggung jawab
mengajar namun guru tersebut mengajarkannya secara terpisah dan tidak
dikorelasikan satu dengan yang lainnya ( Idi, 2007; 45 ). Jenis
pendekatan ini mengembangkan kurikulum mata pelajaran ( subject matter
curriculum or isolated curriculum ) [6]
E.
Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini memandang bahwa
kurikulum tidak bisa hanya dibatasi pada adanya mata pelajaran yang
keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan yang lainnya. Berbagai gejala
sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak
mungkin ditinjau dan didekati dari satu segi saja. Setiapa gejala sosial akan saling berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Oleh karena itu, kurikulum tidak
bisa disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah, melainkan merupakan perpaduan
sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pendekatan
interdisipliner dikatagorikan pada tiga jenis pendekatan:
ü Pendekatan struktural
ü Pendekatan fungsional
ü Pendekatan daerah
v
Pendekatan struktural bertitik
tolak dari suatu struktur, yang merupakan suatu disiplin ilmu. Beberapa mata
pelajaran memiliki keterkaitan dan selanjutnya disebut rumpun keilmuan. Sebagai
contoh, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Berdasarkan disiplin ilmu itu,
misalnya berdasarkan sesuatu topik dari ilmu bumi, maka selanjudnya dipelajari
berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, ekonomi, politik, dan
antropologi. Berbagai disiplin ilmu yang dipelajari itu tentu saja berada dalam
satu bidang studa/rumpun keilmuan yang sama yang disebut ilmu pengetahuan
sosial.
Pendekatan fungsional berdasarkan pada
suatu persoalan tertentu dalam kehidupan masyarakat atau lingkungan sekolah.
Persoalan yang dipilih dan akan dipelajari itu, adalah berbagai persoalan yang
berfungsi dan bermakna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan persoalan itu,
dipelajari aspek-aspek yang terkait dan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu
yang berada dalam satu rumpun keilmuan yang sejenis yang memikili keterkaitan
dan relevansi pada persoalan dimaksud. Sebagai misal, persoalan tentang air,
maka berdasarkan persoalan ini, akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi,
aspek fisiologi, aspek ilmu alam, dan aspek lainnya yang memiliki keterkaitan
dengan persoalan air tersebut.
Dibawah
ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipliner dalam pengembangan
kurikulum.[7]
A.
Pendekatan
Broad-field
B.
Pendekatan
kurikulum inti
C.
Pendekatan kurikulum perguruan tinggi
D.
Pendekatan
fusi
F.
Pendekatan Integratif
Pendekatan ini dipandang sebagai suatu pendekatan
yang didasarkan pada suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan
berstruktur. Bermakna mempunyai pengertian, setiap suatu keseluruhan tersebut
memiliki makna,arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan itu bukan merupakan
penjumlahan dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna
tersendiri.
Mata pelajaran atau bidang study merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Di samping itu banyak
faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi perkembangan itu. Kurikulum pada
dasarnya hanya merupakan salah satu pilar pendidikan. Pilar pendidikan meliputi
tujuan, manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Semua pilar ini diharapkan dapat bersinergi dalam rangka untuk mewujudkan perkembangan peserta
didik yang utuh. Model kurikulum yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah integrated
curriculum.[8]
G.
Pendekatan
Sistem
Sistem mempunyai karakteristik pertama: setiap system pasti
memiliki tujuan. Tidak ada system tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang
harus dicapai oleh suatu pergerakan system. Semakin jelas tujuan, maka semakin
mudah menentukan pergerakan system. Kedua, system selalu mengandung
proses. Proses merupakan rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai
tujuan. Semakin komplek tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan itu. Ketiga,
proses kegiatan dalam suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen tertentu. Oleh karena itu, suatu system tidak mungkin hanya
memiliki satu komponen saja. System memerlukan dukungan berbagai komponen yang
satu dengan lainnya saling berkaitan.
Dengan kata lain system merupakan untuk mencapai tujuan melalui
pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka system erat kaitannya
dengan perencanaan. Perencanaa adalah pengambilan keputusan bagaimana
memberdayakan komponen agar tujuan dapat berhasil dengan baik.
System bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses
pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharapkan.
Keuntungan proses perencanaan yang sistematis dalam proses
pembelajaran :
Pendekatan system digunakan juga
sebagai suatu system berfikir, bahkan system pendekatan ini dikembangkan dalam
upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:
ü Proses identifikasi dan perumusan masalah
ü Perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan
ü Paper analysis atau eksprimen
ü Try out dan revisi
ü Implemintasi dan evaluasi
.
[1] Sukmadinata, Syaodih, Nana, Pengembangan kurikulum Teori dan
Praktik, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
[2] Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, 2007.
[5] Sukmadinata, Syaodih, Nana, Pengembangan kurikulum Teori dan
Praktik, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
[6] Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar