Selasa, 25 Juli 2017

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM KURIKULUM




BAB I

PEMBAHASAN

PENDEKATAN STUDI KURIKULUM

A.    Pendekatan Mata Pelajaran

      Pada dasarnya kurikulum dengan pendekatan mata pelajaran ini bersumber pada adanya mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik. Masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu dan menjadi terpisah dengan mata pelajaran lainnya. Berbagai mata pelajaran dimaksud tidak memiliki hubungan dan kaitan satu dengan yang lainnya, bahkan setiap mata pelajarancenderung menganggap dirinya yang paling penting. Oleh karena itu, pola kurikulum dalam pendekatan ini merupakan pola kurikulum yang terpisah.

Mata pelajaran dipandang sebagai suatu disiplin ilmu [1]( Sukmadinata, 2005; 81 ) yang telah didapatkan pada masa lalu. Peran dan fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. kurikulum lebih mengorentasikan dan memprioritaskan pada isi pendidikan yang terjabarkan pada bentuk mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Belajar pada hakekatnya adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar mata pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam pendekatan mata pelajaran ini memiliki system pembagian tanggung jawab diantara masing-masing guru mata pelajaran. Meskipun seorang guru bertanggung jawab mengajar namun guru tersebut mengajarkannya secara terpisah dan tidak dikorelasikan satu dengan yang lainnya ( Idi, 2007; 45 ). Jenis pendekatan ini mengembangkan kurikulum mata pelajaran ( subject matter curriculum or isolated curriculum ) [2]

Dengan pendekatan ini, pengembangan kurikulum lebih mengutamakan pada penyusunan bahan atau materi secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan bahan atau materi dengan kemampuan berfikir peserta didik. Perhatian tertuju pada bagaimana peserta didik belajar serta lebih mengutamakan susunan isi, yaitu apa yang diajarkan. Bahan atau materi pembelajaran dipandang secara universal dengan mengabaikan karakteristik peserta didik dan kebutuhan masyarakat.

B.     Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan ini memandang bahwa kurikulum tidak bisa hanya dibatasi pada adanya mata pelajaran yang keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan yang lainnya. Berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak mungkin ditinjau dan didekati dari satu segi saja. Setiapa gejala sosial  akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, kurikulum tidak bisa disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pendekatan interdisipliner dikatagorikan pada tiga jenis pendekatan: 
ü  Pendekatan struktural
ü  Pendekatan fungsional
ü  Pendekatan daerah

v         Pendekatan struktural bertitik tolak dari suatu struktur, yang merupakan suatu disiplin ilmu. Beberapa mata pelajaran memiliki keterkaitan dan selanjutnya disebut rumpun keilmuan. Sebagai contoh, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Berdasarkan disiplin ilmu itu, misalnya berdasarkan sesuatu topik dari ilmu bumi, maka selanjudnya dipelajari berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, ekonomi, politik, dan antropologi. Berbagai disiplin ilmu yang dipelajari itu tentu saja berada dalam satu bidang studa/rumpun keilmuan yang sama yang disebut ilmu pengetahuan sosial.

       Pendekatan fungsional berdasarkan pada suatu persoalan tertentu dalam kehidupan masyarakat atau lingkungan sekolah. Persoalan yang dipilih dan akan dipelajari itu, adalah berbagai persoalan yang berfungsi dan bermakna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan persoalan itu, dipelajari aspek-aspek yang terkait dan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang berada dalam satu rumpun keilmuan yang sejenis yang memikili keterkaitan dan relevansi pada persoalan dimaksud. Sebagai misal, persoalan tentang air, maka berdasarkan persoalan ini, akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi, aspek fisiologi, aspek ilmu alam, dan aspek lainnya yang memiliki keterkaitan dengan persoalan air tersebut.

     Pendekatan daerah mendasarkan pada suatu daerah tertentu sebagai subjek pempelajaran. Berdasarkan daerah tersebut, maka akan dipelajari aspek biografi, ekonomi, antropologi, adat istiadat, bahasa dan aspek lainnya. Sudah tentu aspek-aspek yang dipelajari merupakan hal yang tekait dengan daerah itu dan berada dalam bidang studi yang sama. Sebagai contoh, dapat dipilih daerah madura, selanjudnya dibuatkan perencanaan berbagai aspek, seperti geografi daerah madura, adat istiadat daerah madura, ekonomi pariwisata daerah madura, dan sebagainya.

C.    Pendekatan Integratif

      Pendekatan ini dipandang sebagai suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna mempunyai pengertian, setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna,arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan itu bukan merupakan penjumlahan dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri.

 adapun terstruktur memiliki pengertian, setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Seperti misalnya, manusai bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari badaniyah dan rohaniyah, melainkan merupakan sesuatu yang utuh dan integral. Ini berarti, pendidikan merupakan penyiapan dan perwujudan pada diri peserta didik agar menjadi dan membentuk manusia berkembang secara utuh dan integral. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun serta dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi peserta didik yang utuh, dengan suatu pertimbangan bahwa peserta didik memiliki berbagai potensi yang harus dan perlu dikembangkan agar ia menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh sehingga bisa berguna dan bermanfaat dalam komunitas kehidupan masyarakat.

Mata pelajaran atau bidang study merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Di samping itu banyak faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi perkembangan itu. Kurikulum pada dasarnya hanya merupakan salah satu pilar pendidikan. Pilar pendidikan meliputi tujuan, manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Semua pilar ini diharapkan dapat bersinergi dalam rangka untuk mewujudkan perkembangan peserta didik yang utuh. Model kurikulum yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah integrated curriculum.[3]

D.    Pendekatan Sistem

Sistem mempunyai karakteristik pertama: setiap system pasti memiliki tujuan. Tidak ada system tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan system. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan pergerakan system. Kedua, system selalu mengandung proses. Proses merupakan rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin komplek tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan itu. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen tertentu. Oleh karena itu, suatu system tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. System memerlukan dukungan berbagai komponen yang satu dengan lainnya saling berkaitan. 

Dengan kata lain system merupakan untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka system erat kaitannya dengan perencanaan. Perencanaa adalah pengambilan keputusan bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan dapat berhasil dengan baik.

System bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.

Keuntungan proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran :
*   Melalui system perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari keberhasilan secara kebetulan.
*   Melaui system perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
*   Melalui system perncanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.

Pendekatan system digunakan juga sebagai suatu system berfikir, bahkan system pendekatan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:
ü  Proses identifikasi dan perumusan masalah
ü  Perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan
ü  Paper analysis atau eksprimen
ü  Try out dan revisi
ü  Implemintasi dan evaluasi

1.    Pendekatan Bidang Studi ( Pendekatan Subjek Atau Disiplin Ilmu )
            
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah IPS, IPA, dan sebagainya

Seperti yang lazim kita dapati dalam sistim pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas Batasannya dan karena itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.

2.    Pendekatan Interdisipliner

    Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.[4]

A.    Pendekatan Broad-field

Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia, misalnya antara perang vietnam dan korea dengan kebangkitan ekonomi jepang dan lain-lain.

B.    Pendekatan Kurikulum Inti( Core Curriculum )
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.

C.    Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi

Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan terpelajar.

D.     Pendekatan Kurikulum Fusi

Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau lebih disiplin tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi, botani, arkeologi menjadi earth sciences.

3.    Pendekatan Rekonstruksionisme

Pendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain.

Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua kelompok utama yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum:
Ø    Rekonstruksionisme Konservatif
Ø    Rekonstruksionisme Radikal.

1)    Rekonstruksionisme konservatif. Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.

Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan mendorong siswa menjadi partisipan  aktif dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan falsafah pragmatisme.

2)    Rekonstruksionisme Radikal. Aliran ini berpendapat bahwa banyak negara mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat  kecil yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. Golongan radikal ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non-formal mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.




4.    Pendekatan Humanistik

Kurikulum ini berpusat pada siswa, dan mengutamakan perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.

v Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi yang berikut:
  • Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
  • Siswa yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan merasa  bertanggung jawab atas keberhasilannya.
  • Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
  • Guru yang berperan sebagai fasilitator  belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatan belajarnya.
  • Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran itu.
  • Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
5.    Pendekatan “Accountability”

Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh  yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka. 

Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “ Scientific Management ” atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.

6.    Pendekatan Pembangunan Nasional

ü  Pendekatan ini mengandung tiga unsur :

 1.    Pendidikan kewarganegaraan

Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga kategori:
  • Warganegara yang apatis
  • Warganegara yang pasif
  • Warganegara yang aktif
2.    Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional

Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.

3.    Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari

Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
  • Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
  • Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat. 
  • Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
  • Keterampilan sebagai warganegara yang baik.















DAFTAR PUSTAKA

v  Drs. H. saiful arif, M.Pd, Pengembangan Kurikulum, STAIN Pamekasan Press, 2009.
v  Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
v  Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007.










































PEMBAHASAN

PENDEKATAN STUDI KURIKULUM

A.    Pendekatan Mata Pelajaran

Mata pelajaran dipandang sebagai suatu disiplin ilmu [5]( Sukmadinata, 2005; 81 ) yang telah didapatkan pada masa lalu. Peran dan fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. kurikulum lebih mengorentasikan dan memprioritaskan pada isi pendidikan yang terjabarkan pada bentuk mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Belajar pada hakekatnya adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar mata pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam pendekatan mata pelajaran ini memiliki system pembagian tanggung jawab diantara masing-masing guru mata pelajaran. Meskipun seorang guru bertanggung jawab mengajar namun guru tersebut mengajarkannya secara terpisah dan tidak dikorelasikan satu dengan yang lainnya ( Idi, 2007; 45 ). Jenis pendekatan ini mengembangkan kurikulum mata pelajaran ( subject matter curriculum or isolated curriculum ) [6]

E.     Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan ini memandang bahwa kurikulum tidak bisa hanya dibatasi pada adanya mata pelajaran yang keberadaannya berdiri secara terpisah satu dengan yang lainnya. Berbagai gejala sosial dan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak mungkin ditinjau dan didekati dari satu segi saja. Setiapa gejala sosial  akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, kurikulum tidak bisa disusun berdasarkan mata pelajaran terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pendekatan interdisipliner dikatagorikan pada tiga jenis pendekatan: 
ü  Pendekatan struktural
ü  Pendekatan fungsional
ü  Pendekatan daerah

v         Pendekatan struktural bertitik tolak dari suatu struktur, yang merupakan suatu disiplin ilmu. Beberapa mata pelajaran memiliki keterkaitan dan selanjutnya disebut rumpun keilmuan. Sebagai contoh, ilmu bumi, sejarah dan sebagainya. Berdasarkan disiplin ilmu itu, misalnya berdasarkan sesuatu topik dari ilmu bumi, maka selanjudnya dipelajari berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, ekonomi, politik, dan antropologi. Berbagai disiplin ilmu yang dipelajari itu tentu saja berada dalam satu bidang studa/rumpun keilmuan yang sama yang disebut ilmu pengetahuan sosial.

       Pendekatan fungsional berdasarkan pada suatu persoalan tertentu dalam kehidupan masyarakat atau lingkungan sekolah. Persoalan yang dipilih dan akan dipelajari itu, adalah berbagai persoalan yang berfungsi dan bermakna bagi kehidupan manusia. Berdasarkan persoalan itu, dipelajari aspek-aspek yang terkait dan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang berada dalam satu rumpun keilmuan yang sejenis yang memikili keterkaitan dan relevansi pada persoalan dimaksud. Sebagai misal, persoalan tentang air, maka berdasarkan persoalan ini, akan dipelajari aspek kimia, aspek biologi, aspek fisiologi, aspek ilmu alam, dan aspek lainnya yang memiliki keterkaitan dengan persoalan air tersebut.
Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.[7]

A.        Pendekatan Broad-field
B.         Pendekatan kurikulum inti
C.          Pendekatan kurikulum perguruan tinggi
D.        Pendekatan fusi

F.     Pendekatan Integratif

      Pendekatan ini dipandang sebagai suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna mempunyai pengertian, setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna,arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan itu bukan merupakan penjumlahan dari berbagai bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki makna tersendiri.

Mata pelajaran atau bidang study merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Di samping itu banyak faktor lain yang juga turut serta mempengaruhi perkembangan itu. Kurikulum pada dasarnya hanya merupakan salah satu pilar pendidikan. Pilar pendidikan meliputi tujuan, manajemen, kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Semua pilar ini diharapkan dapat bersinergi dalam rangka untuk mewujudkan perkembangan peserta didik yang utuh. Model kurikulum yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah integrated curriculum.[8]

G.    Pendekatan Sistem

Sistem mempunyai karakteristik pertama: setiap system pasti memiliki tujuan. Tidak ada system tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan system. Semakin jelas tujuan, maka semakin mudah menentukan pergerakan system. Kedua, system selalu mengandung proses. Proses merupakan rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin komplek tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan itu. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen tertentu. Oleh karena itu, suatu system tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. System memerlukan dukungan berbagai komponen yang satu dengan lainnya saling berkaitan. 

Dengan kata lain system merupakan untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka system erat kaitannya dengan perencanaan. Perencanaa adalah pengambilan keputusan bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan dapat berhasil dengan baik.

System bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.

Keuntungan proses perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran :
*   Melalui system perencanaan yang matang, guru akan terhindar dari keberhasilan secara kebetulan.
*   Melaui system perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
*   Melalui system perncanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.

Pendekatan system digunakan juga sebagai suatu system berfikir, bahkan system pendekatan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan. Langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:
ü  Proses identifikasi dan perumusan masalah
ü  Perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan
ü  Paper analysis atau eksprimen
ü  Try out dan revisi
ü  Implemintasi dan evaluasi


     .














[1] Sukmadinata, Syaodih, Nana, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
[2] Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007.
[3] Drs. H. saiful arif, M.Pd, Pengembangan Kurikulum, STAIN Pamekasan Press, 2009 hal 17.

[4] Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

[5] Sukmadinata, Syaodih, Nana, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.
[6] Idi, Abdullah, Pengembangan kurikulum Teori dan Praktik, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007.
[7] Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

[8] Drs. H. saiful arif, M.Pd, Pengembangan Kurikulum, STAIN Pamekasan Press, 2009 hal 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman Kisah nabi

BAGI YG ISLAM. TAK DIBACA SAYANG_*.👇 ✐ Selepas Malaikat Israfil meniup sangkakala (bentuknya seperti tanduk besar) yang memekak...